Al-Farabi lahir di daerah Farab, Wasij, Turkistan, pada tahun 257 Hijriah / 870 Masehi. Beliau memiliki nama lengkap Abu Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Awzalagh al-Farabi. Sejak kecil beliau sudah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa terutama di bidang bahasa, khususnya bahasa Persi, Turkistan, dan Kudistan. Dalam usianya yang masih sangat muda beliau belajar pada Abu Bisyr bin Mattius di Bagdad. Pada waktu itu Bagdad merupakan pusat pemerintahan dan ilmu pengetahuan.

Di kota Bagdad, al-Farabi mempelajari bahasa Arab, filsafat, ilmu pengobatan, matematika, dan musik. Tetapi, sebelumnya beliau mempelajari Alqur’an, hadis, tafsir, fikih (ilmu yang mempelajari hokum Islam), dan ilmu kalam (ilmu yang mempelajari firman-firman Allah swt).
 

Setelah menetap di Bagdad selama 30 tahun untuk belajar, Al-Farabi bekerja di Iskandariah, Mesir. Beliau bekerja di cabang sekolah filsafat Yunani.

Selain di Iskandariah, beliau pernah juga bekerja di Damaskus. Beliau bekerja sebagai penjaga kebun. Pekerjaan ini banyak memberi kesempatan kepada beliau untuk membaca dan merenung. Kemudian beliau pergi ke Aleppo, Syria yang juga merupakan pusat ilmu pengetahuan. Di Aleppo, Al-Farabi bekerja pada Amir Saif al-Daulah al-Hamdani.

Al-Farabi memang lebih dikenal sebagai seorang filsuf daripada seorang ahli di bidang lain. Padahal ada beberapa sumber yang menyebutkan bahwa beliau juga menguasai bidang politik, etika (ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk), metafisika (ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan sesuatu yang tidak tampak), logika (pengetahuan tentang cara berpikir), matematika, dan kedokteran. Selain ahli dalam ilmu-ilmu tersebut Al-Farabi juga mahir dalam bermain musik.

Beliau sangat pandai membawa perasaan orang melalui musik yang dimainkan. Jika musik yang beliau mainkan berirama riang setiap orang yang mendengar akan mengangguk-angguk, begitu pun saat musik yang beliau mainkan berirama sedih, mereka akan ikut menangis.

Al-Farabi juga dikenal sebagai ahli bahasa karena banyaknya bahasa yang beliau kuasai, seperti bahasa Persia, Turki, Arab, dan Yunani. Bahkan menurut banyak sumber, beliau telah menguasai 70 bahasa. Oleh karena itu, Al-Farabi dikenal sebagai ilmuwan yang menguasai banyak cabang ilmu pengetahuan.

Ilmu mantik (logika) merupakan keahlian beliau yang paling menonjol. Dalam ilmu ini beliau mengajak kita berpikir bahwa alam dan isinya tidak terjadi dengan sendirinya. Tuhanlah yang menciptakan segala sesuatu yang ada di alam ini. Hal ini menunjukkan, ada penyebab utama bagi terjadinya segala sesuatu di dunia ini. Berkat penguasaan dalam ilmu mantik (logika) beliau menjadi ilmuwan terkenal setelah Aristoteles dan bergelar Guru Kedua (Al-Mu’allim Sani).

Dalam bidang filsafat kenegaraan, Al-Farabi membedakan negara menjadi lima macam, yaitu negara utama (negara yang penduduknya hidup dalam kebahagiaan), negara orang-orang bodoh (negara yang penduduknya tidak mengenal kebahagiaan), negara orang-orang fasik (negara yang penduduknya dalam kebahagiaan, mengenal Tuhan, akan tetapi mereka bertingkah laku seperti penduduk negeri yang bodoh), negara yang berubah-ubah (negara yang awalnya seperti negara utama tetapi mengalami kerusakan) serta negara sesat (negara yang penduduknya berpikir salah tentang Tuhan dan kepala negara menganggap dirinya mendapat wahyu sehingga ia menipu rakyat dengan ucapan dan perbuatan).

Karya-karya penting Al-Farabi yang lain berjudul Pikiran-Pikiran Penduduk Kota, Akal, Persesuaian Teori Plato dan Aristoteles, Intisari Buku Matematika, dan Metafisika Aristoteles.

Sebenarnya masih banyak karya lain Al-Farabi yang sudah ditemukan, baik dalam bentuk naskah tulisan asli maupun naskah yang sudah dicetak (diterbitkan). Tapi tidak sedikit pula yang hilang atau belum ditemukan. Meskipun begitu, generasi muslim sekarang bisa meneladani kepandaian Al-Farabi dan memperkaya ilmu pengetahuan dengan mempelajari buku-buku karya beliau.


Sumber:
Ilmuwan Muslim
Pembuka Cakrawala Ilmu Pengetahuan Dunia
Al Farabi
Penyusun Tim Pustaka Fathin
Penerbit PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Barang siapa meremehkan agama, maka ia akan hina.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------