ES KRIM MENYATUKAN MINYAK DAN AIR
Oleh : Azahra Laila


SEPERTI pepatah minyak tak bisa bercampur dengan air. Pepatah tersebut tepat untuk menggambarkan hubungan antara Dian dengan Nani. Mereka seolah tidak mau bergaul satu sama lain.

Padahal, Dian dan Nani merupakan tetangga dekat. Rumah mereka bersebelahan. Namun, mereka hamper tidak pernah menyapa. Mereka tidak pernah bertegur sapa, apalagi saling berbicara.
 


Keadaan seperti ini sudah berlangsung agak lama. Sudah beberapa minggu. Hubungan mereka menjadi seperti minyak dan air sejak mereka bertengkar saat bermain bola kasti di lapangan kampung.

Saat bermain bola kasti itu, mereka berada di tim yang berlawanan. Pada satu kesempatan, bola yang dipukul Dian melambung tinggi mengarah kepada Nani. Begiru berhasil memukul bola, Dian segera berlari menuju titik aman pertama yang letaknya berada di dekat Nani. Pada saat bersamaan, Nani berusaha menangkap bola kasti yang berhasil dipukul Dian.

Semua serba kebetulan dan tidak sengaja. Saat konsentrasi Nani sedang tertuju pada bola yang mengarah kepadanya dan Dian berlari menuju titik aman, mereka bertabrakan. Akibatnya, mereka jatuh tersungkur.

Lutut kanan Dian terluka. Sebagian kulit lututnya terkelupas sehingga mengeluarkan sedikit darah.

“Pasti sakit sekali,” ujar Nadia saat itu.

Sedangkan kaki kanan Nani terkilir. Tak lama sejak tabrakan tersebut, kaki Nani menjadi bengkak.

“Bengkaknya besar sekali, seperti kaki gajah,” kata Ratna, teman sepermainan Dian dan Nani, yang lain.

Mereka saling menyalahkan. Dian bersikukuh tabrakan yang membuat lututnya berdarah disebabkan Nani yang kurang berhati-hati saat berlari menangkap bola.

Sebaliknya, Nani ngotot Dian sengaja menabraknya. Dia melakukan itu supaya Nani gagal menangkap bola tersebut.

Sejak kejadian itu, hubungan pertemanan antara Dian dan Nani menjadi renggang. Mereka tak pernah lagi bermain bersama.

***

Hubungan Dian dan Nani yang renggang itu membuat sedih Nadia dan Ratna. Mereka juga merasa ikut bersalah dengan keadaan ini. Sebab, mereka merasa turut memanaskan suasana dengan ikut menyalahkan Dian dan Nani.

Nadia dan Ratna tak kehilangan akal. Mereka sepakat mengakrabkan kembali Dian dan Nani. “Caranya, kita akan beli es krim. Aku mengajak Dian. Sedangkan kamu mengajak Nani. Nanti, setelah beli es krim kita punya kesempatan mengakrabkan mereka kembali,” kata Ratna. Nadia sepakat dengan ide itu.

Benar saja. Rencana Nadia dan Ratna berjalan dengan baik. Ratna berhasil mengajak Dian untuk membeli es krim di toko yang tak jauh dari rumah mereka. “Saya yang akan mentraktir,” kata Ratna sambil menggandeng Dian.

Sedangkan Nadia juga berhasil mengajak Nani untuk membeli es krim bersama. Nadia juga menyatakan akan membayar es krim yang mereka beli. “Aku baru dapat hadiah dari Ayah. Kan aku anak yang rajin belajar,” gurau Nadia kepada Nani.

Ratna dan Dian tiba terlebih dulu di toko yang menjual es krim. Mereka memilih es krim kesukaan masing-masing.

Saat mereka sedang membayar di kasir, muncul Nadia dan Nani. Nadia dan Nani melangkah menuju ke alat pendingin tempat penyimpanan es krim. Mereka pun sibuk memilih es krim.

Tanpa di sadari Nani, Nadia terus berusaha mencari Ratna. Dia mengarahkan pandangan ke semua sudut toko. “Itu dia, di kasir. Sedangkan membayar,” batin Nadia.

“Aku pilih yang ini saja,” kata Nani sambil menunjukkan sebuah es krim kepada Nadia.

“Aku yang ini saja,” ujar Nadia. Nadia menarik tangan Nani menuju kasir.

Berlaga tidak tahu, Nadia seolah-olah terkejut ketika melihat Ratna dan Dian ada di depan kasir. Mereka baru saja selesai membayar.

“Eh, kalian, Ratna dan Dian,” ucap Nadia.

Ratna segera menyahut, “Kalian juga. Nadia dan Nani,” ujar Ratna seolah kaget melihat Nadia dan Nani.

Suasana sempat senyap beberapa saat. Tak seorangpun di antara mereka yang bersuara. Penjaga kasir juga ikut bengong.

Namun, Nadia segera menyalami Ratna dan Dian. Setelah itu, gantian Ratna menyalami Nani.

Kembali semua terdiam. Ratna dan Nadia menatap Dian dan Nani, yang sama-sama menundukkan kepala. “Kenapa kalian diam saja,” ucap Nadia.

Nadia langsung menarik tangan kanan Nani. Sedangkan Ratna menarik tangan kanan Dian. Mereka lantas mempertemukan tangan Dian dan Nani untuk saling bersalaman. “Nah, salaman gitu kan lebih baik,” kata Ratna.

“Iya, kalian jadi kelihatan tambah cantik,” canda Nadia. Dian dan Nani hanya tersenyum kecil. Mereka masing-masing maraca canggung. Namun, sebenarnya mereka masing-masing juga merasa senang karena bisa saling bersalaman.

“Dik, kapan bayarnya?” kata penjaga kasir.

Mereka pun kaget. Mereka sampai lupa membayar es krim yang telah diambil.

“Ini, Mbak. Maaf, kelamaan,” kata Nadia sambil menyerahkan uang kepada penjaga kasir.

“Ayo, sekarang kita pesta es krim,” ujar Ratna.

“Iya, nanti kalau kurang, kita beli lagi,” kata Nadia.

“Tapi, yang bayar gentian Dian dan Nani. Uangku sudah habis,” kata Nadia sembari tersenyum.

“Oke. Kalian setuju?” Tanya Ratna kepada Dian dan Nani.

Dian dan Nani saling berpandangan. Mereka lantas mengangguk bersama. “Terserah kalian saja,” kata Dian.

“Berapa pun, kami siap membayari,” gurau Nani menambahkan.

Mereka menikmati es krim bersama-sama. Hubungan Dian dan Nani kembali mencair. “Ternyata es krim mampu menyatukan minyak dan air yang tidak pernah mau bersatu,” bisik Nadia kepada Ratna. ***


Sumber:
Koran Anak
RADAR JOGJA
Minggu Legi 18 April 2010

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Orang diubah, bukan karena paksaan atau intimidasi, melainkan oleh teladan.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------