

Pada masa pemerintahan Khalifah al-Ma’mun di Bagdad beliau bekerja di Bayt al-Hikmah (Rumah Kearifan), di dalam sebuah observatorium.
Baca selengkapnya .....
PENYANYI DUNIA
Oleh : Uswatun
Oleh : Uswatun

“Pelan-pelan saja…..” Begitu bunyi salah satu lirik dalam lagu tersebut.
Ayu hapal lagu tersebut. Dia hapal karena sering mendengarkan lagu tersebut.
BERATNYA MEMBERI MAAF
Oleh : Indarwati
Oleh : Indarwati

Itulah yang sedang terjadi pada diri Pito. Dia sedang jengkel kepada Abi.
Rasa jengkel yang mengganjal di benak Pito tersebut dipicu sikap Abi yang dianggap Pito sangat keterlaluan. Abi melemparkan kertas berbentuk bulat setelah diremasnya. Kertas itu mengenai kepala Pito.
Baca selengkapnya .....
BAB. VIII
MEMERIKSA KAPAL TUA
MEMERIKSA KAPAL TUA

“Dick, bangun! Kita akan mendatangi bangkai kapal yang terangkat dari dasar laut. Ayo. Bangunlah.”
Dick bangun dan nyengir memandang Julian. Ia merasa gembira, sebab sebentar lagi akan bertualang. Ia meloncat dari tempat tidur, lalu lari menyelinap ke kamar George dan Anne. Pintu dibukanya dengan hati-hati. Dilihatnya kedua anak perempuan itu masih tidur. Anne berbaring meringkuk dalam selimut.
BAB. VII
KEMBALI KE PONDOK KIRRIN
KEMBALI KE PONDOK KIRRIN

“Wah, hebat ya?” katanya. “Benar-benar luar biasa!”
George masih membisu. Matanya masih menatap bangkai kapal, sementara dalam pikirannya terbayang bermacam-macam hal. Kemudian ia berpaling ke Julian.
BAB. VI
AKIBAT ANGIN RIBUT
AKIBAT ANGIN RIBUT

Sekali lagi terdengar bunyi guruh bergulung-gulung. Seolah-olah di atas langit ada seekor anjing besar yang sedang menggeram. Tim membalas, kedengarannya seperti guruh berukuran kecil.
“Ya ampun, kita terjebak,” ujar George dengan agak ngeri. “Kita takkan sempat kembali ke pantai. Itu sudah pasti angin bertiup sangat kencang. Kalian pernah melihat perubahan di langit seperti itu?”
Sewaktu mereka berangkat, langit masih berwarna biru cerah. Tetapi sekarang sudah kelabu gelap. Awan tebal yang menutupi, sangat rendah nampaknya. Awan-awan itu seakan lari berkejar-kejaran. Angin yang meniup menimbulkan suara melolong-lolong, sehingga Anne merasa ketakutan mendegarnya.
BAB. V
KE PULAU
KE PULAU

George sebetulnya tak mau ikut. Bukan karena tidak suka piknik, melainkan karena Tim tidak bisa dibawa serta. Tetapi ibunya menyuruh ikut, dan George terpaksa tak bisa bermain-main sehari dengan Tim.
“Sial!” kata Julian pada George. Ia bisa menebak, kenapa saudara sepupunya itu bermuka muram. “Aku tak mengerti, kenapa tak kauceritakan saja tentang Tim kepada ibumu. Aku yakin dia tidak keberatan, jika Tim dipelihara orang lain untukmu. Aku tahu, kalau ibuku pasti takkan keberatan.”
Baca selengkapnya .....

Di kota Bagdad, al-Farabi mempelajari bahasa Arab, filsafat, ilmu pengobatan, matematika, dan musik. Tetapi, sebelumnya beliau mempelajari Alqur’an, hadis, tafsir, fikih (ilmu yang mempelajari hokum Islam), dan ilmu kalam (ilmu yang mempelajari firman-firman Allah swt).
BAB. IV
SUATU SORE YANG MENGASYIKKAN
SUATU SORE YANG MENGASYIKKAN

“Pandai sekali kau berenang,” ujar Julian kargum. “Sayang Anne tak begitu bisa. Anne, kau harus sungguh-sungguh berlatih! Kalau tidak, kau takkan pernah bisa ikut berenang bersama kami sampai jauh ke tengah.”
Menjelang saat makan siang, perut mereka telah lapar sekali, Cepat-cepat mereka mendaki jalan ke atas bukit. Mudah-mudahan saja di rumah banyak makanan. Dan harapan mereka itu terkabul. Bibi Fanny sudah menduga bahwa mereka pasti akan sangat lapar. Karenanya disediakan makanan banyak-banyak. Masakan daging dingin dengan selada, kue buah prem, kemudian puding telur dan akhirnya keju. Anak-anak makan dengan lahap.
BAB. III
KISAH ANEH — DAN TEMAN BARU

Apa maksudmu?” kata Dick akhirnya. “Tak mungkin Pulau Kirrin itu kepunyaanmu. Kau cuma mau menyombong saja.”
“Aku tidak bohong,” jawab George. “Tanya saja pada ibuku. Kalau kau tak mau mempercayai kataku, aku tak mau bilang apa-apa lagi. Aku bukan pembohong. Menurut pendapatku orang yang suka berkata tidak benar itu pengecut. Dan aku bukan seorang pengecut.”
Julian teringat kata Bibi Fanny. Kata Bibi, George selalu berkata sebenarnya. Julian menggaruk-garuk kepala sambil memandang saudara sepupunya. Mana mungkin dia mengatakan sebenamya?
Baca selengkapnya .....

Hingga kini, kota kelahirannya disebut sebagai kota Biruni. Sampai usianya yang ke-24, beliau masih tinggal di kampong halaman untuk menimba ilmu pengetahuan dari Abu Nasr Mansur bin Ali bin Irak Jilani (ahli matematika).
Meskipun lahir di Khawarizm, beliau sering menjelajahi negeri-negeri di Asia Tengah dan Persia bagian utara. Salah satunya saat mengikuti ekspedisi (perjalanan) Sultan Mahmud al-Ghaznawi ke India. Dinegeri yang dialiri Sungai Gangga ini beliau mengamati adapt istiadat, kepercayaan, dan ilmu-ilmu yang sedang berkembang di sana.
BAB. II
SEPUPU YANG ANEH
SEPUPU YANG ANEH

“Selamat datang di Kirrin!” serunya dan jauh. “Halo, apa kabar! Senang sekali rasanya, kalian datang kemari. Wah, bukan main — anak-anak sudah besar semuanya.”
Sesudah bersalam-salaman, ketiga anak itu masuk ke dalam rumah. Mereka segera menyukai rumah itu. Terasa ketuaannya. Seakan-akan menyimpan rahasia. Perabotan di dalamnya juga tua, dan indah.
BAB. I
LIBURAN YANG TAK TERSANGKA

“Kurasa tidak bisa,” jawab Ibu. “Semua penginapan di sana penuh kali ini.”
Ketiga anak yang sedang sarapan itu saling berpandangan. Mereka kecewa, karena sebenarnya kepingin sekali ke Polseath. Mereka menyukai rumah yang biasa mereka sewa dalam liburan. Pantai di Polseath sangat indah. Enak mandi-mandi di sana.
“Jangan sedih dong,” kata Ayah membujuk. “Kita pasti masih akan berhasil menemukan tempat berlibur yang sama baiknya. O ya, aku dan Ibu kali ini tidak bisa ikut dengan kalian. Ibu sudah bercerita mengenainya?”
Baca selengkapnya .....

Al-Dinawari terkenal sangat cerdas dan aktif pada masanya. Beliau belajar ilmu astronomi, matematika, dan mesin di Isfahan, Iran. Disamping itu, beliau juga belajar ilmu bahasa dan puisi di Kufa dan Basra, Irak.
Tak heran jika Al-Dinawari menjadi ahli di berbagai bidang seperti astronomi, ilmu hewan, sejarah, ilmu bumi, bahasa, dan etnografi (ilmu tentang kebudayaan suku-suku bangsa).

Cerita tentang kehidupan Jabir Ibnu Aflah diperoleh dari Moses Maimonides atau Abu Imran Musa Ibnu Maymun Ibnu 'Ubayd Allah.
Menurut Moses Maimonides, Jabir Ibnu Aflah berasal dari Sevilla. Ada sumber lain yang menyebutkan bahwa Jabir Ibnu Aflah berasal dari Seville atau Al-Ishbili. Kata Al-Ishbili disebut-sebut dalam setiap perjanjian-perjanjian dan diartikan sebagai Seville.