INGIN MENJADI PILOT
Oleh : A. Thoyib


BAGUS begitu senang mendapat hadiah berupa miniature pesawat terbang dari tantenya, Tante Nana. Sudah lama anak berusia tujuh tahun tersebut ingin memiliki mainan pesawat seperti itu. Miniatur pesawat berbahan besi.

“Ini pesawatku. Hanya aku yang boleh main pakai pesawat ini,” katanya.

Selama ini Bagus sudah memiliki mainan pesawat. Bahkan, dia punya beberapa buah. Hanya, mainan yang dia miliki adalah pesawat yang terbuat dari plastik.
Pesawat pemberian Tante Nina itu berwarna putih. Sedangkan kedua sayapnya dicat dengan warna biru muda. Berkali-kali Bagus mengagumi pesawat tersebut. Lama sekali dia melihat pesawat itu lekat-lekat.

Agak lama mengagumi, muncul ide di kepala Bagus. Ide itu yakni memberi nama pesawat tersebut.

“Badan pesawatnya seluruhnya putih. Ekornya juga biru muda semua,” ujarnya.

Bagus ingin memberi nama pesawat itu. Namun, dia belum memiliki nama yang tepat. Dia pun berusaha mencari nama dengan membaca tulisan di Koran. Tidak juga ketemu. Dia kemudian berusaha mencarinya dengan membaca majalah. Tetap saja dia tidak menemukan nama yang dianggapnya cocok untuk dijadikan sebagai nama pesawat terbang miliknya.

Bagus membaringkan tubihnya di sofa. Dia terus berpikir.

Akhirnya dia menemukan nama yang dirasa tepat. Nama itu adalah Bagus, sesuai namanya.

“Bagus. Nama yang benar-benar Bagus,” katanya.

Semula Bagus hendak menuliskan kata “Bagus” di badan pesawat menggunakan tulisan tangan memakai spidol. Namun, dia mengurungkannya. Sebab, tulisannya nanti kurang rapi karena ditulis dengan tangan.

Setelah bertanya kepada kakaknya, Kak Nia, Bagus punya cara terbaik untuk menuliskan kata “Bagus” di badan pesawatnya. Menurut Kak Nia, lebih baik ditulis dengan spidol yang tintanya permanen. Sedangkan hurufnya dicetak menggunakan penggaris yang ada lubangnya berbentuk huruf-huruf.

Tak hanya memberi saran, Kak Nia sekaligus juga meminjamkan spidol permanent dan penggaris yang ada hurufnya. “Nanti kalau Bagus kesulitan, Kak Nia bersedia membantu. Tapi, sebaiknya Bagus berusaha sendiri dulu,” kata Kak Nia.

Penuh semangat, Bagus menuliskan kata “Bagus” di badan pesawat. Sesuai saran Kak Nia, Bagus mampu menuliskan dengan rapi.

Tinta merah yang dipakai membuat tulisan kata “Bagus” di badan pesawat sangat mencolok. Tulisan itu sangat kelihatan.

“Benar-benar bagus,” kata Kak Nia memuji hasil pekerjaan Bagus.

Bagus bangga. Dia sekarang sudah memiliki pesawat terbang yang namanya sesuai dengan namanya sendiri. “Terima kasih, Kak Nia,” ujar Bagus.

Setelah memiliki pesawat itu, keinginan Bagus untuk menjadi pilot kian kuat. Dia ingin belajar dengan sungguh-sungguh sehingga bisa menjadi pilot yang menerbangkan pesawat.

“Nanti kalau Bagus jadi pilot, Bagus akan mengajak Kak Nia keliling dunia,” ujar Bagus. Kak Nia pun tersenyum. ***


Sumber:
Koran Anak
RADAR JOGJA
Minggu Pon 25 April 2010

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kepemimpinan berdiri di atas dasar kepercayaan. Saat kepercayaan rapuh, maka pemimpinnya akan segera runtuh.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------