BERTARUH KELERENG
Oleh : M. Ridwan


TOTO dan Didi punya banyak kelereng. Jumlah kelereng mereka mencapai 30 butir.

Mereka selalu bermain kelereng bersama. Biasanya mereka bermain di halaman depan rumah.

Toto, yang merupakan kakak dari Didi, punya rencana agar jumlah kelerengnya lebih banyak disbanding kelereng milik Didi. Caranya, dia ingin mengajak Didi untuk melakukan permainan dengan mempertaruhkan kelereng.

“Nanti kalau Didi menang dari Kak Toto, maka Didi bisa mengambil sebutir kelereng milik Kak Toto. Kalau Didi menang terus, kelereng Didi bisa bertambah banyak,” kata Toto berusaha merayu Didi.

Tergiur dengan ucapan Toto untuk bisa mempunyai kelereng lebih banyak, Didi menyanggupi ajakan Toto. Mereka pun siap bermain dengan taruhan kelereng.

Permainan yang mereka lakukan adalah menjentik kelereng kea rah kelereng lainnya yang berjarak sekitar satu meter. Siapa yang bisa mengenai kelereng sasaran dalam setiap kali mendapat giliran menjentik kelereng maka dialah pemenangnya.

Permainan pun dimulai. Mereka melakukan tos dengan suit jari. Didi yang menang.

Maka, Didi mendapat giliran pertama. Sedangkan Toto meletakkan dua butir kelereng dengan jarak sekitar satu meter antar keduanya.

“Plas.”

Didi menjentikkan jari telunjuknya. Kelereng melaju begitu kuat. Namun, laju kelereng itu tidak lurus mengarah ke kelereng yang menjadi sasaran. Laju kelereng yang dijentikkan Didi melenceng di sebelah kiri.

Sekarang giliran Toto. Beberapa saat Toto membidik kelereng yang menjadi sasaran. Mata Toto menatap tajam kea rah kelereng sasaran.

Sambil menahan nafas, Toto menjentikkan jari telunjuk kanannya. Kelereng segera melaju kencang.

“Thas.”

Terdengar suara benturan antara dua butir kelereng. Kelereng yang dijentikkan Toto berhasil mengenai kelereng sasaran.

“Hore…,” teriak Toto yang menandakan dia bahagia kelerengnya bisa mengenai kelereng sasaran.

“Aku menang!” ungkap Toto dengan bangga. Toto mengambil sebutir kelereng milik Didi. Didi sempat melarang Toto mengambil kelerengnya. Namun, Didi tak berkutik ketika Toto menyatakan bahwa mereka sebelumnya telah sepakat untuk masing-masing memberikan sebutir kelereng bila kalah dalam permainan.

“Janji harus ditepati. Tadi Didi kan sudah berjanji mau memberikan sebutir kelereng kalau kalah bermain. Jadi, sekarang Didi harus memberi sebutir kelereng kepada Kak Toto,” ujar Toto.

Permainan terus berlangsung. Permainan sudah berlangsung hingga 12 kali.

Toto selalu menjadi pemenangnya. Sedangkan Didi selalu kalah.

Kini, kelereng milik Toto menjadi 42 butir. Sedangkan kelereng milik Didi berkurang menjadi 18 butir setelah sebelumnya dia punya 30 butir kelereng. Didi merasa capek. Dia pun meminta untuk menyudahi permainan.

“Didi sudah capek Kak,” pinta Didi.

Permintaan itu tak diiyakan oleh Toto. Dia tetap meminta Didi untuk terus bermain.

Sebab, Toto ingin menguasai semua kelereng milik Didi. “Kalau semua kelereng Didi menjadi milikku, berarti jumlah kelerengku seluruhnya menjadi 60 butir,” batin Toto.

Terpaksa, Didi meneruskan permainan. Didi pun selalu kalah. Kelereng milik Didi terus berkurang. Sebaliknya kelereng milik Toto bertambah banyak. Ternyata, sejak tadi Ayah memperhatikan permainan yang dilakukan Toto dan Didi. Ayah pun meminta mereka untuk menghentikan permainan.

Kepada Toto dan Didi, Ayah menyatakan bahwa permainan yang ada taruhannya adalah permainan yang tidak baik. “Itu sama saja dengan judi,” kata Ayah. Ayah lantas meminta Toto mengembalikan kelereng milik Didi. Ayah juga meminta mereka untuk tidak lagi bermain dengan mempertaruhkan apapun. Toto dan Didi berjanji tidak akan mengulangi lagi. ***


Sumber:
Koran Anak
RADAR JOGJA
Minggu Kliwon 2 Mei 2010

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mempelajari apa yang belum dapat anda perbuat lebih penting daripada mengetahui apa yang dapat anda perbuat.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------