PENYANYI DUNIA
Oleh : Uswatun


SAYUP-SAYUP terdengar suara nyanyian dari kamar Kak Rara. Penyanyinya adalah seorang perempuan. Sedangkan lagu yang dilantunkan yakni lagu berjenis pop yang sedang digemari banyak orang.

“Pelan-pelan saja…..” Begitu bunyi salah satu lirik dalam lagu tersebut.

Ayu hapal lagu tersebut. Dia hapal karena sering mendengarkan lagu tersebut.

Dikamar, Ayu asyik menirukan lagu tersebut. Dia membayangkan dirinya menjadi penyanyi yang melantunkan lagu yang sedang hits itu. Dia membayangkan sebagai penyanyi terkenal.

Ayu, yang semula berada di tempat tidurnya pun bangkit. Dia melangkah ke depan cermin yang tertempel di salah satu dinding kamar. Ukuran cermin itu cukup besar.

Beberapa kali Ayu tersenyum di depan cermin. Dia tersenyum kepada dirinya sendiri.

Lagu dari kamar Kak Rara, kakaknya Ayu, terus mengalun. Sekarang lagu yang mengalun adalah lagu kesukaan Ayu.

Secepat kilat, Ayu mengambil jaketnya. Jaket yang biasa dia pakai saat pergi ke sekolah.

Selain jaket, Ayu meraih sapu lidi. Sapu lidi itu dipegangnya erat-erat.

Lantas, dia mulai menyanyi. Oh, ternyata Ayu sedang membayangkan dirinya adalah penyanyi yang melantunkan lagu terkenal itu.

Jaket yang dikenakan membuatnya lebih gaya. Sedangkan sapu lidi yang dipegangnya didekatkannya ke mulutnya. Dia seolah menggunakan sapu lidi tersebut sebagai pengeras suara seperti layaknya yang dipakai penyanyi yang sedang menghibur penonton dari atas panggung.

Ayu pun bergaya. Dia menggerakkan kakinya ke kanan dan ke kiri, seirama dengan lagu yang dinyanyikannya. Dia benar-benar merasa sebagai seorang penyanyi terkenal.

“Aku artis. Aku artis,” batin Ayu.

Terus saja Ayu bergaya. Bergaya di depan cermin sambil membayangkan dirinya adalah penyanyi terkenal yang sedang menghibur ribuan penggemar.

“Pelan-pelan saja….”

Begitu lagu selesai, Ayu mundur satu langkah. Dia lantas membungkukkan tubuhnya. Sekejap kemudian, dia menaikkan kedua tangannya tinggi. Kedua tangannya melambai-lambai. Senyuman terkembang di bibirnya.

“Terima kasih. Terima kasih…..” ucap Ayu.

Lagu pun selesai. Berganti dengan lagu lainnya.

Ayu melangkah kembali ke tempat tidurnya. Dilepaskannya jaket. Diletakkannya kembali sapu lidi ke tempatnya semula.

“Enak sekali menjadi penyanyi terkenal. Punya banyak penggemar,” pikir Ayu.

Ayu terus membayangkan dirinya sebagai penyanyi terkenal. Ayu membayangkan punya banyak penggemar.

***

Obsesi menjadi artis begitu kuat dirasakan Ayu. Dia segera menyusun rencana untuk mewujudkan obsesinya tersebut. Dia lantas ingin mengikuti les menyanyi.

Namun, dia takut mengutarakan niatnya tersebut kepada keluarganya. Dia belum yakin orang tuanya setuju dengan keinginannya untuk mengikuti les menyanyi.

Hingga beberapa hari kemudian, Ayu tetap tidak berani mengungkapkan niatnya untuk mengikuti les menyanyi. Dia masih memendam keinginnanya tersebut.

Selama itu pula, Ayu selalu bergaya di depan cermin setiap kali lagu favoritnya diputar Kak Rara. Bahkan, sejak kemarin Ayu sudah meminjam DVD player dan alat audio milik keluarganya untuk dibawa ke kamarnya. Selain itu, Kak Rara juga membelikan cakram berisi lagu favorit Ayu.

Ayu kian leluasa bernyanyi. Dia bisa memutar lagu dan menyanyikan lagu kesukaannya setiap saat. Tak perlu lagi menunggu Kak Rara memutarnya.

Ayu bergaya lagi di depan cermin. Lengkap dengan jaket dan sapu lidi.

Gaya Ayu benar-benar seperti gaya penyanyi sungguhan. Mirip kaya yang dilakukan penyanyi aslinya di tayangan televisi.

“Dok…dok…dok…”

Pintu kamar Ayu diketuk. Ayu sempat kaget. Namun, belum hilang rasa kagetnya, pintu kamar sudah terbuka. Ternyata Ibu masuk ke kamar. Ibu berniat mengantarkan buah apel yang sudah dikupas untuk Ayu.

Tapi, Ibu agak terkejut melihat Ayu. Ibu terkejut melihat Ayu mengenakan jaket dan memegang sapu lidi.

“Kamu ini ada apa, Ayu?”

“Di dalam kamar kok pakai jaket.”

“Bawa sapu lidi lagi.”

“Kamu sedang apa, Ayu?”

Wajah Ayu memerah. Dia merasa malu ketahuan Ibu sedang bergaya seperti penyanyi terkenal.

Namun, akhirnya Ayu mengungkapkan apa yang dilakukannya secara jujur kepada Ibu.

“Ayu ingin belajar menyanyi,” kata Ayu.

Ibu tersenyum. Ibu menyatakan setuju dengan keinginan Ayu. Ibu tak keberatan Ayu mengikuti les menyanyi.

“Menyanyi itu kegiatan positif. Selama kegiatannya positif, Ibu pasti mendukung.”

Gembiranya Ayu. Keinginnannya untuk les menyanyi pun terlaksana. Dengan les menyanyi, obsesinya menjadi penyanyi terkenal yang punya banyak penggemar bisa tercapai.

“Tapi ingat, tidak mudah untuk menjadi penyanyi yang baik. Ibu doakan Ayu bisa menjadi penyanyi terkenal. Tapi, kalau pun nanti Ayu tidak jadi terkenal, Ibu tetap mendukung apapun yang menjadi cita-cita Ayu,” papar Ibu.

Ayu sangat senang. Dipeluknya Ibu erat-erat.

“Terima kasih, Bu,” ucap Ayu. ***


Sumber:
Koran Anak
RADAR JOGJA
Minggu Wage 11 April 2010

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tergelincirnya perkataan bisa juga menyebabkan ia terbunuh, sedangkan tergelincirnya kaki bisa sembuh lambat laun.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------